Kamis, 02 September 2010


ATM3 JEMBER

Itulah sebuah Komunitas yang terlahir dari sebuah akhir dari Pelatihan Kader Taruna Melati 3 Jember yang dulaksanakan oleh PW IPM Jatim pada tanggal 12 – 16 Mei 2010 di SMA Muhammadiyah 3 Jember. ATM3 Jember Berasal dari “Alumni Taruna Melati 3 Jember”. Dari sinilah tergabung dari banyak kader – kader dari daerah-daerah yang berbeda di Jawa Timur, bahkan ada pula yang berasal dari Sulawesi dan ada pula yang Sumatra akan tetapi mereka ber-2 mengikuti PKTM3 ini di utus oleh PD IPM Kab. Malang karena mereka ber-2 aktif sebagai Mahasiswa UMM semester IV Berikut Profile dari anggota ATM3 JEMBER :

1. Nama Lengkap : Asrofi

Tempat/tgl. Lahir : Batu, 29 September 1990

Utusan : PD IPM Kota Batu

2. Nama : Mega Hanifahtu Rahma

Tempat/tgl. Lahir : Batu, 29 Agustus 1990

Utusan : PD IPM Kota Batu

3. Nama : Siti Norma Zunita

Tempat/tgl. Lahir : Malaysia, 21 Desember 1992

Utusan : PD IPM Kab. Lamongan

4. Nama : Rizqa Qomar’iyah Rosyida

Tempat/tgl. Lahir : Mojokerto, 28 September 1996

Utusan : PD IPM Kab. Lamongan

5. Nama : Ari Susanti

Tempat/tgl. Lahir : Sidoarjo, 16 July 1996

Utusan : PD IPM Kab. Sidoarjo

6. Nama : Ervin Esa Niavita

Tempat/tgl. Lahir : Jombang, 22 Mei 1992

Utusan : PD IPM Kab. Jombang

7. Nama : M. Afwan Al Asgaf

Tempat/tgl. Lahir : Kediri, 17 Maret 1992

Utusan : PD IPM Kab. Kediri

8. Nama : Dendi Arifudin

Tempat/tgl. Lahir : Jombang, 19 Mei 1992

Utusan : PD IPM Kab. Jombang

9. Nama : Ogik Purnomo

Tempat/tgl. Lahir : Malang, 7 Oktober 1991

Utusan : PD IPM Kab. Malang

10. Nama : Andari Mega Pratama

Tempat/tgl. Lahir : Malang, 27 Januari 1991

Utusan : PD IPM Kab. Malang

11. Nama : Samsul Bahri Nasution

Tempat/tgl. Lahir : Aek Holbung, 30 Maret 1989

Utusan : PD IPM Kab. Malang

12. Nama : Safi’i Ma’arif

Tempat/tgl. Lahir : Lumajang, 13 Januari 1994

Utusan : PD IPM Kab. Lumajang

13. Nama : Nasrullah

Tempat/tgl. Lahir : Polmas, 9 Maret 1987

Utusan : PD IPM Kab. Malang

14. Nama : Nurhamzah

Tempat/tgl. Lahir : Jember, 29 September 1990

Utusan : PD IPM Kab. Jember

15. Nama : Diyanah Afifah

Tempat/tgl. Lahir : Lamongan, 4 July 1993

Utusan : PD IPM Kab. Lamongan

16. Nama : Yuliana

Tempat/tgl. Lahir : Cirebon, 28 July 1991

Utusan : PD IPM Kab. Malang

17. Nama : Septian Wahyu Firmansyah

Tempat/tgl. Lahir : Jember, 18 September 1989

Utusan : PW IPM Bali

18. Nama : Agus Totok Nurhadiansyah

Tempat/tgl. Lahir : Jember, 14 November 1990

Utusan : PD IPM Kab. Jember

19. Nama : Devi Retno Fatmasari

Tempat/tgl. Lahir : Jombang, 10 Desember 1991

Utusan : PD IPM Kab. Jombang

Itulah 19 orang anggota dari Komunitas ATM3 JEMBER yang masih minim ilmu dan kami sangat berterima kasih kepada PW IPM JATIM yang telah memberikan waktu, TIM FASILITATOR yang telah menggodok,mendidik,memotivasi dan memberikan ilmunya kepada kami, serta tak lupa juga PANLOK PD IPM Kab. Jember yang menyediakan tempat untuk istirahata, menyediakan konsumsi setiap hari selama 3 kali sehari itu merupakan nikmat yang tiada taranya. Dan komunitas ini tak lepas dari semboyan IPM surat Al-Qolam ayat 1 yaitu :

1. Nun[1489], demi kalam dan apa yang mereka tulis,

Inilah semboyan yang kita pakai agar nilai-nilai IPM tidak hilang dari peradaban, semoga ATM3JEMBER semakin maju dan sukses sesuia dengan tujuan IPM

Selasa, 03 Agustus 2010

Formula Kimia Pemadam Api Ramah Lingkungan


Oleh : RANDALL HARTOLAKSONO

Siapa yang peduli kulit singkong. Jangankan kulit, dagingnya pun tak banyak mendapat perhatian kaum ilmiawan. Tapi di tangan Randall Hartolaksono, kulit singkong bisa menjadi bahan anti api kelas dunia. Temuan revolusioner arek Suroboyo kelahiran 16 Maret 1956 itu terjadi secara tak sengaja.

Itu terjadi saat ia kuliah di jurusan Teknik Mesin Universitas London (ia masuk tahun 1977, karena para dosennya sulit mengeja Hartolaksono maka kemudian namanya sering dipanggil Hart). Kala meneliti saripati kulit singkong untuk bahan pelumas engsel robot, tak sengaja ia menumpahkan bahan itu di atas nyala api. Ternyata api padam. Randall takjub. Di bawah bimbingan Profesor Evans, ia meneliti keampuhan kulit singkong.

Saripati singkong, menurutnya, terbukti memutus reaksi kimia berantai dalam proses kebakaran. “Zat aktif itu bisa mencegah lompatan energi elektron melewati titik kritis di lapisan terluar atom saat pembakaran”, katanya. Randall menjuluki teorinya “free radical” atau radikal bebas. Teori ini sempat ditolak pakar Inggris dalam pertemuan tahunan di Edinburgh University, Skotlandia, 1982.

Baru setelah uji coba laboratorium selama lima tahun, teori Randall diakui. “Mereka menyebutnya teori pemutusan rantai kimia”, katanya. Dalam penelitian lanjutan, zat aktif dari kulit singkong, seperti tripotasium sitrat, itu bisa dikembangkannya menjadi aneka produk anti api. Ada yang seperti cat, dioleskan pada kayu, membuat tahan api selama 200 tahun! Ada juga yang dimasukkan pada tabung semprot untuk memadamkan nyala api.

Kini tiga produk temuan Randall telah mendapat sertifikat uji standar dari beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Produknya bisa menembus banyak tempat elit, seperti Istana Buckingham Inggris. Perusahaan Malaysia seperti Petronas, Proton dan Telecom mengganti produk halon dengan produk Randall yang ramah lingkungan. Beberapa hotel berbintang pun mulai disusupi produk Randall.

Pemegang status permanent residence di Inggris dan Singapura ini membangun kerajaan bisnisnya yang dinamai Hartindo Chemicatama Industri. Selain di Jakarta dan Surabaya, Randall juga membangun pabrik perakitan di Malaysia, Singapura, Taiwan, Inggris dan Thailand.

Tapi sukses tidak diraih Randall dengan gampang. Sebelum mendapat banyak lisensi, ia harus keluar masuk laboratorium di mancanegara. Ia memberi contoh, AF11E yang ditemukan pada 1983 baru mendapat sertifikat uji standar dari Amerika pada tahun 2000. Randall membuktikan, jadi inovator tak cukup hanya kreatif, melainkan juga harus ulet dan sabar. (G.A Guritno, Hendri Firzani)

Sumber: Majalah Gatra Ed. Khusus, Agustus 2004.

Selasa, 11 Mei 2010



"Menyelamatkan Korban UN 2010"


SUKA cita mewarnai pengumuman hasil ujian nasional (UN). Siswa yang dinyatakan lulus UN meluapkan kegembiraan dengan berbagai aksi unik. Ada yang coret-coret baju seragam dengan spidol. Ada juga yang langsung sujud syukur dan bahkan ada yang menangis.

Namun, di tengah aksi suka cita tersebut, masih ada sebagian siswa lain yang tidak lulus UN. Mereka tampak pucat, lemas, dan ada juga yang pingsan. Mereka sepertinya tidak kuasa menahan kesedihan mendalam akibat dinyatakan tidak lulus UN.

Tahun ini menurut Kementerian Pendidikan Nasional, dari 1.522.162 peserta UN tingkat sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, 154.079 siswa di antaranya, atau sekitar 10,12 persen tidak lulus. Siswa-siswa tersebut harus mengikuti UN ulangan yang diselenggarakan pada 10-14 Mei 2010.

Secara nasional tingkat kelulusan UN tingkat SMA dan MA menurun dibandingkan pada 2009. Pada 2009, tingkat kelulusan UN SMA/MA 95,05 persen, sedangkan tahun ini 89,61 persen.

Dari data hasil UN 2010, jumlah paling banyak siswa yang tidak lulus dan harus mengikuti UN ulangan ada di Daerah Istimewa Jogjakarta (23,7 persen), Kalimantan Tengah (39 persen), Kalimantan Timur (30,53 persen), Nusa Tenggara Timur (52,08 persen), dan Gorontalo (46,22 persen). Adapun persentase siswa yang paling banyak lulus ada di Bali (97,18 persen), Jawa Barat (97,03 persen), Jawa Timur (96,69 persen), dan Sumatera Utara (95,85 persen).

Meskipun terjadi penurunan tingkat kelulusan, menurut Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, terjadi peningkatan nilai rata-rata dari 7,25 pada 2009 menjadi 7,29 pada tahun ini.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana menyelamatkan lima persen siswa yang dinyatakan tidak lulus UN?

Membesarkan Hati

Tingginya tingkat ketidaklulusan UN sudah saatnya menjadi perhatian semua pihak. Artinya, kesedihan siswa yang dinyatakan tidak lulus UN sudah saatnya dicegah agar tidak berlarut-larut. Sebab, berdasarkan pengalaman tahun kemarin, di beberapa daerah ada siswa yang stres dan bahkan nekat bunuh diri akibat tidak lulus UN.

Peristiwa tersebut tentu tidak kita inginkan. Maka, guna mengurangi beban siswa yang tidak lulus UN, beberapa hal perlu dilakukan. Pertama, orang tua sudah saatnya sadar dan tidak mengolok anaknya sendiri. Orang tua sudah saatnya merangkul dan memberikan dorongan atau motivasi bahwa ketidaklulusan dalam menempuh UN bukanlah segalanya. Masih ada jalan lain untuk lulus UN dengan mengikuti UN ulangan. Jika UANS ulangan pun nanti gagal, masih banyak jalan melanjutkan jenjang pendidikan atau mendapatkan sertifikat setara dengan jenjang pendidikan tingkat SMA. Yaitu, dengan mengikuti Kejar Paket C.

Orang tua berkewajiban memantau dan membesarkan hati anak-anaknya. Dengan belaian kasih sayang orang tua, siswa akan merasa nyaman dan tenteram, walaupun tidak lulus UN.

Bukan Kiamat

Kedua, peran serta pendidik (guru). Guru di sekolah juga perlu merangkul siswanya yang tidak lulus UN. Guru dan pihak sekolah harus memberikan perhatian ekstra kepada mereka. Dorongan dan motivasi guru agar siswa tetap bersemangat menatap masa depan penting artinya. Guru juga perlu memberikan informasi bagaimana cara mendaftar menjadi peserta UN ulangan. Guru seyogianya mengantarkan atau segera mendaftarkan siswanya untuk mengikuti program ini.

Guru dan pihak sekolah perlu memberikan pelajaran tambahan bagi siswa yang tidak lulus UN. Hal ini penting guna menghadapi UN ulangan.

Lebih lanjut guru dan pihak sekolah perlu memberi tahu siswa bahwa hasil UN bukanlah satu-satunya penentu kelulusan. Siswa perlu dipahamkan bahwa masih ada nilai ujian sekolah yang dapat menutup nilai UN. Tidak lulus UN bukanlah kiamat.

Perhatian ini akan semakin "mempersempit" gerak siswa yang depresi akibat tidak lulus UN. Perhatian ini adalah bukti nyata cinta kasih guru terhadap muridnya.

Dengan perhatian ini pula, siswa tidak langsung putus asa dan terpaksa tidak mendapatkan ijazah SMA. Hal ini karena, dalam beberapa kasus, siswa yang tidak lulus biasanya langsung pergi ke luar kota untuk mencari pekerjaan dan meninggalkan segala cita-cita yang pernah diimpikan.

Ketiga, peran serta masyarakat untuk tidak mengolok-olok warganya yang tidak lulus. Sebuah kasus menimpa tetangga saya. Ketika dinyatakan tidak lulus UN tahun lalu, dia lebih senang menyendiri dan mengurung diri di dalam rumah. Tidak jelas apa yang dia kerjakan. Mungkin dia malu keluar rumah karena masyarakat pasti akan mencibir dan mengoloknya.

Masyarakat sebagai keluarga kedua bagi siswa, sudah seharusnya turut sedih atas tidak lulusnya anggotanya. Dia juga berkewajiban, membesarkan hati anggota masyarakatnya agar tidak larut dalam kesedihan. Sapaan atau teguran antarsesama anggota masyarakat akan sangat berarti bagi perkembangan psikis siswa yang tidak lulus UN.

Bahan Evaluasi

Keempat adalah peran serta pemerintah pusat maupun daerah. Pemerintah daerah melalui dinas pendidikan sudah saatnya mencatat dan mendata siswa di wilayahnya yang tidak lulus UN. Hal ini penting guna bahan evaluasi sistem pendidikan di daerah. Misalnya, untuk meningkatkan fasilitas pendidikan, kualitas guru, dan atau sistem rekrutmen guru baru.

''Korban'' UN juga merupakan calon pemimpin bangsa. Mereka adalah anak muda tulang punggung bangsa dan negara. Maka dari itu, menyelamatkan ''korban'' UN adalah bentuk menyelamatkan masa depan bangsa dari keterpurukan.

sumber : Ditulis oleh Benni Setiawan , Kamis, 29 April 2010 08:09