Minggu, 09 Desember 2012

Rebung Bambu Kuning Obat Tradisional Liver


Penyakit yang terjadi pada hati/ liver dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab penyakit  pada hati/ liver yang utama adalah virus, selain salah satu dari kelima virus hepatitis (A, B, C, D atau E), juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya seperti mononukleosisi infeksiosa, infeksi cytomegalovirus dan demam kuning. Sedangkan penyakit pada hati/ liver yang terjadi karena non-virus disebabkan alkohol, obat-obatan dan bahan kimia atau sintetis yang merusak hati (hepatotoksik).
Nah pada kesempatan artikel kesehatan kali ini, kami akan membahas sebuah tanaman yang  mungkin pernah kita jumpai di sekitar kita dan tentunya secara empiris telah banyak digunakan oleh nenek moyang kita sebagai obat tradisional penyakit hati/ liver. Tanaman tersebut adalah bambu kuning (bambusa vulgaris). Bambu kuning adalah salah satu jenis tanaman bambu yang mempunyai keistimewaan unik dari jenis bambu yang lainya. Apabila diamati buluhnya berwarna kuning namun dengan rumpun yang sedikit. Nah karena warnanya yang unik dan berbeda dari jenis bambu-bambu lainya bambu kuning lebih terkenal sebagai tanaman hias. 
Keistimewaan lain dari bambu kuning ini adalah rasa rebung bambunya yang manis dan bisa dijadikan sebagai bahan sayuran. Selain itu ternyata rebung bambu kuning ini juga berkhasiat sebagai obat penyakit hati/ liver. Maka tidak heran apabila bapak Abdullah Landa menjadikan rebung bambu kuning ini sebagai salah satu bahan dalam komposisi obat ramuanya yang terkenal sebagai obat hepatitis yaitu Larangga Mbojo. Larangga Mbojo adalah obat hepatitis asli dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
 
Apa Kandungan dan Khasiat Rebung Bambu Kuning?
Oleh nenek moyang kita, rebung bambu kuning biasa digunakan sebagai obat penyakit kuning / jaundice (Hepatitis A). Penggunaannya secara tradisional diwariskan turun temurun. Seperti diketahui penyakit kuning berhubungan dengan ketidakberesan fungsi hati, sehingga sering disebut sebagai “penyakit lever” atau “penyakit liver”.

Rebung bambu kuning mengandung para hidroksi bemsaldehid, yaitu suatu fenol yang mirip dengan sebagian gugusan silimarin dan kurkumin. Kedua gugusan ini berkhasiat sebagai anti racun hati. Senyawa silimarin telah lama dipasarkan sebagai obat liver atau obat lever atau sakit hati dengan sebuah merek dagang.

Menurut sebuah penelitian di Jerman, sari rebung bambu bisa memperbaiki kerusakan sel hati binatang percobaan, yang sebelumnya sengaja dirusak dengan racun hati. Pemakaian rebung secara tradisional, dilakukan seperti minum jamu ‘godokan’ (jamu rebus). Resep yang biasa digunakan, satu bagian (bisa satu gelas) irisan rebung bambu kuning yang sudah dikeringkan dicampur dengan 10 bagian air. Campuran direbus sampai mendidih. Seperempat jam setelah mendidih, pemanas dimatikan. Dalam keadaan masih panas, rebusan disaring dan didinginkan. Setelah dingin bisa lagsung diminum. Setiap minum, takarannya adalah sepertiga gelas; bisa diminum hingga tiga kali sehari. Karena rasanya agak asam, bisa ditambahkan gula. Kalau air rebusan sudah habis, ampas rebung bisa digunakan lagi (direbus lagi) sampai tiga kali. (Wahyono, Fakultas Biologi Farmasi UGM – TRUBUS)
Penuhi gizi kita dan istirahat yang baik agar virus tidak menulari dan menyerang hati atau liver. Dengan kekebalan tubuh yang kuat, tubuh akan mampu menangani virus hepatitis yang membahayakan ini.

Kamis, 30 Juni 2011

KETIDAK ADILAN PEGAWAI DISPENDUK KABUPATEN JEMBER

knp ya ngambil no antrian KTP bgi rakyat kecil kq susah amet....
itu masih ngambil no antriannya blum ngambil KTP masih ngantri lg lama banget...
TAPI.... knp kalo anggota TNI langsung dilayani oleh petugas untuk pengambilan KTP padahal baru datang dan belum d4 no antrian.....
sedangkan kami rakyat kecil yang sudah menunggu sejak pagi jam 07.30 knp blum d4 no antrian juga....
apakah kebijakan ini hanya untuk orang-orang kecil saja,sedangkan orang-orang yg pangkatnya tinggi bisa dengan mudah melanggar aturan pengambilan n0 antrian.....

mungkin NEGARA ini hanya untuk penguasa saja....... wahai DISPENDUK JEMBER

Rabu, 11 Mei 2011

SOEDIRMAN PANGLIMA BESAR YANG BERPRINSIP


Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, begitu kata pepatah. Kita teladani Pak Dirman, yang berprinsip, mencintai rakyat, bijak dan teguh.

Berprinsip.

" … perjuangan kita harus didasarkan pada kesucian," demikian yang disampaikan Pak Dirman dalam pidato pelantikan beliau menjadi Panglima Besar. Prinsip yang mencerminkan sikap jujur, adil, dan dapat dipercaya tersebut beliau pegang teguh dalam setiap tindakan yang beliau ambil. Misalnya saja, setelah menandatangani persetujuan gencatan senjata dengan Belanda, Jendral Sudirman menghormati semua aspek yang telah disetujui kedua belah pihak, walaupun perjanjian tersebut ternyata banyak merugikan negara Indonesia. Dengan prinsipnya tersebut, beliau juga menenangkan pasukannya untuk mengambil sikap bijaksana. Ternyata, pihak musuhlah yang lebih dulu melanggar gencatan senjata yang telah disepakati, dengan melaksanakan Agresi II.

Mencintai rakyat.

Kecintaan Pak Dirman pada Rakyat telah terbentuk jauh sebelum beliau menjadi pemimpin bangsa. Dengan pengetahuan, tenaga, kemampuan yang dimiliki, Soedirman muda yang waktu itu sudah menjadi tokoh masyarakat setempat berupaya membantu rakyat tidak hanya dalam bidang pendidikan (mengajar di sekolah rakyat), tapi juga dalam hal kepemimpinan (melalui organisasi pandu yang beliau pimpin), dan ekonomi (melalui kegiatan koperasi yang beliau rintis). Kecintaan pada rakyat terus berlanjut ketika beliau memasuki masa dinas ketentaraan. Jendral Soedirman sadar bahwa rakyat pada awal berdirinya Republik Indonesia banyak mengalami tekanan baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Beliau juga paham bahwa Tentara Republik Indonesia tidak bisa berjuang sendirian untuk membangun bangsa. Untuk itu Pak Dirman dan pasukan berjuang untuk dan bersama rakyat. Perjuangan rakyat yang pada awalnya cenderung terkotak-kotak berdasarkan idealisme dan kedaerahan dihimbau untuk bersatu melawan musuh yang ingin kembali bertakhta, sambil berupaya terus membangun bangsa walaupun dengan sarana yang terbatas.

Bijak.

Seperti layaknya seorang pemimpin besar, Pak Dirman terkenal sebagai sosok pemimpin yang bijak, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertindak. Ketika Presiden Soekarno memerintahkan Jenderal Soedirman dan Pasukan untuk "mundur" sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Renville, sang jendral tidak langsung protes. Dengan saksama Jendral Soedirman memikirkan cara terbaik untuk menjalankan perintah tersebut tanpa mematahkan semangat anak buah yang mungkin saja merasa harga diri mereka terinjak-injak karena harus mundur. Kemudian, sang pemimpin besar memerintahkan anak buahnya dengan kata-kata yang bijak namun tegas untuk "hijrah" dari garis belakang pasukan Van Mook. Masa "hijrah" ini digunakan Jendral Besar Soedirman dan pasukannya untuk membangun strategi dan menyusun kekuatan yang lebih besar.

Teguh.

Keteguhan hati Pak Dirman sudah terlihat sejak masa beliau aktif di kepanduan. Pada suat kegiatan kepanduan di padang terbuka di daerah pegunungan, banyak peserta yang menyerah pada hawa dingin dan bergegas pulang. Tidak demikian dengan Soedirman muda yang teguh bertahan di medan yang dingin untuk menyelesaikan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Keteguhan ini juga diperlihatkan beliau pada masa bergerilya. Walaupun kondisi fisik lemah, Jenderal Soedirman tetap teguh mendampingi pasukannya di lapangan untuk menyusun kekuatan mengusir musuh. Keteguhan ini merupakan salah satu kualitas yang membuat berbagai pihak hormat dan percaya kepada pemimpin bangsa yang satu ini. Perjuangan Jenderal Soedirman menunjukkan bahwa prinsip, kecintaan pada rakyat, sikap bijak, dan keteguhan hati yang senantiasa dilandaskan pada niat yang suci merupakan landasan penting dalam bertindak.